SUPERVISI PEMBELAJARAN DAN SUPERVISI MANAJERIAL PADA KURIKULUM 2013

Assalaamu alaikum sahabat guruKATRO,

Berikut kami share materi tentang Supervisi Pembelajaran dan M
anajerial pada Kurikulum 2013, yang sudah beberapa waktu lalu kami dapatkan dari sebuah group KKGMI. Adapun Isi dari apa yang kami dapatkan itu adalah sebagai berikut :


SUPERVISI PEMBELAJARAN DAN SUPERVISI MANAJERIAL PADA KURIKULUM 2013



A. Latar Belakang

Materi supervisi pembelajaran dan supervisi manajerial sangat penting bagi pengawas sekolah untuk mengawal suksesnya implementasi kurikulum 2013, khususnya dalam melakukan supervisi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan dalam membantu kepala sekolah dalam melakukan supervisi pembelajaran kepada guru-guru disekolah yang dipimpinnya serta bagiamna pengelola sumber daya sekolah unruk menunjang kualitas proses pembelajaran. Untuk itu pengawas sekolah harus memiliki kemampuan untuk memilih dan melakukan model supervisi pembelajaran dan supervisi manajerial yang paling relevan dengan tuntutan implementasi kurikulum 2013 di sekolah binaan masing-masing.


Untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman tentang model supervisi pembelajaran dan supervisi manajerial tersebut pengawas sekolah perlu melakukan praktek melakukan perencanaan, melaksanakan atau simulasi, mengevaluasi serta membuat tindak lanjutnya. Dalam kaitan dengan kegiatan simulasi supervisi pembelajaran dan manajerial, pengawas sekolah juga perlu memahami teknik dan bentuk penilaian yang tepat dalam implemenetasi kurikulum 2013, seperti penilian otentik, portofolio dan penilaian diri.


B. Konsep Supervisi Pembelajaran dan Supervisi Manajerial

Supervisi pembelajaran secara umum merupakan bantuan profesional kepada guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga guru dapat membantu peserta didik untukbelajar lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisein dan menyenangkan. Dalam konteks kurikulum 2013, kualitas proses pembelajaran yang harus ditingkatkan adalah bagaiman guru membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan kreativitas mereka melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi pembelajaran ini harus dilakukan secara terencana.

Selain itu, kegiatan supervisi pembelajaran harus membantu guru agar mampu melakukan proses pembelajaran yang berkualitasagar dapat meningkatkan hasil belajarpeserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan mandiri. Hal ini senada dengan pendapat Spears (1953) yang menyatakan bahwa supervisi pembelajaran merupakan “...the process of bringing about improvement in instruction by working with people who are helping the pupils. It is a process of stimulating growth and a means of helping teachers to help themselves ....” Artinya, bahwa supervisi pembelajaran merupakan proses mengupayakan peningkatan proses pembelajaran melalui kerjasama dengan orang yang membimbing peserta didik, proses melakukan stimulasi perkembangan, dan sebagai media bagi guru untuk memperbaiki diri. Dengan demikian, supervisi pembelajaran lebih menekankan pada memberi doronganperbaikan mandiri guru dalam meningkatkan proses pembelajaran.

Fungsi dukungan dalam supervisi pembelajaran adalah menyediakan bimbingan profesional dan bantuan teknis pada guru untuk meningkatkan proses pembelajaran. Logikanya, dengan mengajar lebih baik berarti membantu peserta didik untuk belajar lebih bermakna, lebih berkualitas, lebih cepat, lebih mudah, lebih menyenangkan, lebih banyak, lebih aplikatif dan efektif.
Dalam konteks implementasi kurikulum 2013, kegiatan untuk membantu peserta didik tersebut diharapkan dapat memberi pengalaman proses pembelajaran yang tidak hanya meningkatka npengetahuan saja, tetapi harus meningkatkan kreativitas, inovasi, berfikir kritis, dan berkarakter kuat, diantaranya bertanggung jawab, mandiri, toleran, produktif, bekerja sama, dan lain-lain, disamping dukungan kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, guru membutuhkan bantuan dan dukungan dalam memahami dan mempraktekkan strategi dan teknik pembelajaran yang dapat meningkat hasil belajar peserta didik sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Beberapa upaya yang dapat mendukung guru adalah meningkatkan proses pembelajaran, diantaranya:

1. Menggunakan buku petunjuk guru dan buku peserta didik dan bahan pembantu lainnya secara efektif.
2. Mengembangkan metodologi dan teknik pembelajaran yang bervariasi dan fleksibel sesuai dengan tujuan.
3. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
4. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.
5. Mengenali karakteristik peserta didik baik fisik, psikis, bakat, minat, maupun kebutuhannya sebagai bahan pertimbangan proses pembelajaran yang akan dilakukan.
6. Meningkatkan kemampuan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.
7. Mengevaluasi peserta didik dengan lebih akurat, teliti, dan holistik.
8. Mengoptimalkan informasi dan teknologi untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas layanan pembelajaran.
9. Melakukan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan.

Dalam konteks kurikulum 2013, upaya tersebut terutama untuk menciptakan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu prinsip pembelajaran yang digunakan harus memiliki mengarahkan:
(1) peserta didik mencari tahu;
(2) berbasis aneka sumberbelajar;
(3) penggunaan pendekatan ilmiah;
(4) pembelajaran berbasis kompetensi;
(5) pembelajaran terpadu;
(6) pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
(7) pembelajaran keterampilan aplikatif;
(8) keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
(9) pembelajaran pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjanghayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas,
(11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;
(12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;
(13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
(14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran supervisi pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melaluiaktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

Supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas Sekolah berperan sebagai:
(1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen Sekolah,
(2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi Sekolah,
(3) pusat informasi pengembangan mutu Sekolah, dan
(4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

Prinsip-prinsip supervisi pembelajaran/akademik dan manajerial pada hakikatnya tidak berbeda, diantaranya:
(1) menjauhkan diri dari sifat otoriter;
(2) mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
(3) bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal;
(4) berkesinambungan,
(5) demokratis,
(6) integral;
(7) komprehensif,
(8) konstruktif; dan
(9) obyektif.

Metode dan teknik supervisi manajerial dapat dilakukan dengan monitoring dan evaluasi, refleksi dan FGD, metode Delphi, dan workshop.


C. Tujuan Supervisi Pembelajaran dan manajerial

Tujuan supervisi pembelajaran pada prinsipnya sama dengan tujuan supervisi akademik secara umum. Glickman (1981) menyatakan bahwa kegiatan supervisi akademik adalah untuk membantu guru mengembangkan kemampuan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan bagi murid- muridnya. Dengan demikian tujuan yang paling pokok dalam supervisi pembelajaran bagaimana guru mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan.

Selain itu, supervisi pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan, pengembangan, interaksi, penyelesaian masalah yang bebas kesalahan, dan sebuah komitmen untuk membangun kapasitas guru. Unruh dan Turner (1970) menyatakan bahwa supervisi merupakan sebuah proses sosial dari stimulasi, pengasuhan, dan memprediksi pengembangan professional gurudan pengawas sebagai penggerak utama dalam pengembangan kondisi pembelajaran secara optimum.
Tujuan lainnya dari supervisi pembelajaran menurut beberapa ahli adalah untuk:
(1) meningkatkan interaksi
(2) meningkatkan kualitas belajar peserta didik,
(3) membangun kepercayaan, dan
(4) mengubah hasil pembelajaran dan pengembangan kehidupan yang lebih baik untuk guru dan peserta didik.

Supervisi manajerial memiliki tujuan untuk memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada kepala sekolah agar mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas pengelolaan dan administrasi sekolah agar tercipta pengelolaan sekolah yang efektif dalam mendukung terlaksananya pembelajaran.


MODEL SUPERVISI PEMBELAJARAN KLINIS

Supervisi klinis pada dasarnya merupakan pembinaan kinerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar yangdidesain dengan praktis dan rasional, baik desain maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas, selanjutnya data tersebut oleh supervisor dijadikandasar penyusunan rencana, program dan prosedur, sertastrategi pembinaan guru.

Acheson dan Gall (1987) menyatakan bahwa tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan pengajaranguru dikelas. Tujuan ini dirinci lagi ke dalam tujuan yang lebih spesifik, yaitu untuk:
(1) memberikanumpan balik yang obyektif terhadap guru,
(2) mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran,
(3) membantu guru mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya,
(4) mengevaluasi guru untuk berbagai kepentingan (promosi jabatan dan keputusan lainnya), dan
(5) membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan profesional yang berkesinambungan.

Langkah-langkah Supervisi klinis
Proses supervisiklinis dilakukan melalui tiga tahap esensial yang berbentuk siklus, yaitu
(1) tahap pertemuan awal,
(2) tahap observasi mengajar, dan
(3) tahap pertemuan balikan.
Ketiga tahapa tersebut dapat diuraiakan sebagai berikut:

1) Tahap Pertemuan Awal

Tahap pertama dalam proses supervisiklinis adalah tahap pertemuan awal (pre- conference).Pertemuan ini dilakukan sebelum melaksanakan observasi kelas oleh karena itu disebut pre-observation conference.Menurut Sergiovanni (1982) tidak ada tahap yang lebih penting daripada tahap pertemuan awal ini. Goldhammer, dkk. (1981) mendeskripsikan satu agenda yang harus dilakukan pada akhir pertemuan awal, yaitu:

(a) Menetapkan kontrak atau persetujuan antara supervisor dan guru tentang apa saja yang akan diobservasi, misalnya:

• Tujuan instruksional umum dan khusus pengajaran.
• Hubungan tujuan pengajaran dengan keseluruhan program pengajaran yang diimplementasikan.
• Aktivitas yang akan diobservasi dan kemungkinan perubahannya.
• Deskripsi spesifik tentang masalah-masalah yang ingin mendapat balikan.

(b) Menetapkan mekanisme atau aturan-aturan observasi meliputi:

• Waktu (jadwal) observasi.
• Lamanya observasi.
• Tempat observasi.

(c) Menetapkan rencana spesifik untuk melaksanakan observasi meliputi:

• Tempat duduk supervisor selama observasi.
• Perlu tidaknya tujuan observasi dan jwaktunya.
• Tindakan khusus.
• Interaksi supervisor dengan murid-murid.
• Perlukah adanya material atau persiapan khusus.
• Kegiatan akhir observasi.


2) Tahap Observasi Pembelajaran

Tahap kedua dalam proses supervisiklinis adalah tahap observasi proses pembelajaran secara sistematis, obyektif, dan holistik. Fokus observasi supervisi klinis adalah pada sikap, pengetahuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Proses observasi ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan guru pada waktu mengadakan pertemuan awal.
Untuk menghindari pelaksanaan observasi ini tidak mengalami kesulitan diperlukan bermacam-macam keterampilan. Daresh (1989) menyatakan bahwa ada dua aspek yang harus diputuskan dan dilaksanakan oleh supervisor sebelum dan sesudah melaksanakan observasi mengajar, yaitu menentukan aspek-aspek yang akan diobservasi mengajar dan bagaimana cara mengobservasinya.Aspek- aspek yang akan diobservasi harus sesuai dengan hasil diskusi dan kesepakatan antara supervisor dan guru pada waktu pertemuan awal.
Senada dengan ini, Oliva (1984) menegaskan bahwa:
“If we follow through with the cycle of clinical supervisor the teacher and supervisor in the preobservation conference have decided on the specific behaviors of teacher and students which the supervisor will observe. The supervisor concentrates on the presence or absence of the spesific behaviors.” Artinya, bahwa jika kita mengikuti fokus spesifik yang akan diamati dalam siklus supervisi klinis oleh supervisorkepada guru yang telah diputuskan melalui kesepakan dalam pertemuan awal, maka supervisor harus berkonsentrasi pada ada atau tidak adanya fokus spesifik yang telah diputuskan tersebut.

Sedangkan mengenai bagaimana mengobservasi juga perlu mendapatkan perhatian. Maksud baik supervisi akan tidak berarti apabila usaha-usaha observasi tidak bisa memperoleh data yang seharusnya diperoleh. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi yang nantinya akan digunakan untuk mengadakan tukar pikiran dengan guru setelah observasi aktivitas yang telah dilakukan di kelas. Di sinilah letak pentingnya teknik dan instrumen oberservasi yang bisa digunakan untuk mengobservasi guru mengelola proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan teknik dan instrumen ini, sebenarnya pada peneliti telah banyak yang mengembangkan bermacam-macam teknik yang bisa digunakan dalam mengobservasi pengajaran. Acheson dan Gall (1987) mereview beberapa teknik dan mengajurkan kita untuk menggunakannya dalam proses supervisi klinis beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Selective verbatim. Di sini supervisor membuat semacam rekaman tertulis, yang bisa dibuat dengan secara rinci. Sudah barang tentu tidak semua kejadian verbal harus direkam dan sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dan guru pada pertemuan awal, hanya kejadian-kejadian tertentu yang harus direkam secara selektif. Transkrip ini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa juga menyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui tape recorder.

(b) Rekaman observasional dalam grafik atau gambar. Di sini, supervisor mendokumentasikan perilaku-perilaku murid-murid sebagaimana mereka berinteraksi dengan seorang guru selama pengajaran berlangsung. Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi di deskripsikan secara bergambar. Melalui penggunaan grafik atau gambar ini, supervisor bisa mendokumentasikan secara visual interaksi guru dengan murid-murid dengan murid. Sehingga dengan mudah diketahui apakah guru hanya berinteraksi dengan semua murid atau hanya dengan sebagian murid, apakah semua murid atau hanya sebagian murid yang terlibat proses belajar mengajar.

(c) Wide-lens techniques. Di sini supervisor membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dan cerita yang panjang lebar. Teknik ini bisa juga disebut dengan anecdotal record.

(d) Checklist and timeline coding. Di sini supervisor mengobservasi dan mengumpulkan data perilaku belajar mengajar.Perilaku pembelajaran ini sebelumnya telah diklasifikasi atau dikategorikan.

3) Tahap Pertemuan Balikan

Tahap ketiga dalam proses supervisiklinis adalah tahap pertemuan balikan. Pertemuan balikan dilakukan segera setelah melaksanakan observasi pengajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil observasi. Tujuan utama pertemuan balikan ini adalah menindaklanjuti apa saja yang dilihat oleh supervisor, sebagai observer, terhadap proses belajar mengajar. Pembicaraan dalam pertemuan balikan ini adalah ditekankan pada identifikasi dan analisis persamaan dan perbedaan antara perilaku guru dan murid yang direncanakan dan perilaku aktual guru dan murid, serta membuat keputusan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya akan dilakukan sehubungan dengan perbedaan yang ada.

Pertemuan balikan ini merupakan tahap yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat sehingga betul-betul bermanfaat bagi guru (Sergiovanni, 1987). Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi gurusebagaimana dikemukakan oleh Goldhammer, dkk. (1981), yaitu: (1) guru bisa diberi penguatan dan kepuasan kerja, sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, (2) isu-isu dalam pengajaran bisa didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat, (3) supervisor bila mungkin dan perlu, bisa berupaya mengintervensi secara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktik dan bimbingan, (4) guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri, dan (5) guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis profesionalisme diri pada masa yang akan datang.

Sebelum mengadakan pertemuan balikan supervisor terlebih dahulu menganalisis hasil observasi dan merencanakan bahan yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu pula diharapkan guru menilai dirinya sendiri.Setelah itu dilakukan pertemuan balikan ini.Dalam pertemuan balikan ini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor dan guru.Sebaiknya, sedari awal supervisor menanamkan kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untuk menyalahkan guru melainkan untuk memberikan masukan perbaikansebelum melanjutkan dengan analisis bersama setiap aspek pengajaran yang menjadi perhatian supervisi klinis.

Berikut ini beberapa langkah penting yang harus dilakukan selama pertemuan balikan:

(a) Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan.
(b) Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Di sini supervisor bersama guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan pengajaran yang direncanakan dan tujuan pengajaran yang dicapai.
(c) Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru. Di sini (supervisor bersama guru mengidentifikasi target ketrampilan dan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai. Bisa jadi pada saat ini supervisor menunjukkan hasil rekaman observasi, sehingga guru mengetahui apa yang telah dilakukan dan dicapai, dan yang belum sesuai dengan target keterampilan dan perhatian utama guru sebagaimana disepakati pada tahap pertemuan awal. Apabila dalam kegiatan observasi supervisor merekam proses belajar mengajar dengan alat elektronik, misalnya dengan menggunakan alat syuting, maka sebaiknya hasil rekaman ini dipertontonkan kepada guru sehingga ia dengan bebas melihat dan menafsirkannya sendiri.
(d) Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target keterampilan dan perhatian utamanya.
(e) Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses supervisiklinis. Dalam kegiatan ini supervisi memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses supervisi klinis.
(f) Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan berikut sekaligus menetapkan rencana berikutnya.

Urutan kegiatansupervisi pembelajaran secara klinis dapat digambarkan sebagai berikut:



Gambar 1. Proses Supervisi Klinis

Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik dalam pertemuan awal, observasi pengajaran, maupun dalam pertemuan balikan.Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisiklinis sebagai satu pendekatan supervisi pengajaran adalah kepercayaan (trust) pada guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantumengembangkan pengajaran guru.Upaya memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu iklim kerja yang oleh para teoritisi disebut dengan istilah kolegial (collegial).
Pelaksanaan supervisiklinis bisa dikatakan telah memiliki iklim kolegial apabila antara supervisor dan guru bukanlah hubungan atasan dan bawahan atau tetapi hubungansesama peer to peer (Daresh, 1989). Hal lain penentu keberhasilan supervisiklinis adalah kesediaan dan kebersamaan supervisor dan guru untuk meluangkan waktumasing-masing dalam semua tahapan yang harus dilakukan.


TEKNIK COACHING MODEL GROW

Melaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran secara klinis, khususnya dalam implementasi kurikulum 2013 harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip- prinsip supervisi klinis. Paling tidak kegiatan supervisi tersebut dilakukan dengan cara konstruktif, kreatif, inovatif, logis, sistematis, dan komprehensif dalam melakukan seluruh rangkaian supervisi klinis ini. Apalagi ketika melakukan proses mengamati aspek-aspek pokok proses pembelajaran.
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi atau diamati dalam proses pembelajaran meliputi:

a. Aktivitas guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
b. Perilaku dan kreativitas guru dalam proses pembelajaran.
c. Variasi metode pembelajaran.
d. Cara penggunaan media pengajaran.
e. Ketepatan penggunaan metod sesuai dengan tujuan pembelajaran.
f. Interaksi peserta didik dalam proses pembelajaran.
g. Strategi atau teknik penilaian untuk meningkatkan proses dan mencapai tujuan pembelajaran.

Selain proses mengamati proses pembelajaran, langkah selanjutnya dalam supervisi pembelajaran adalah melakukan analisis hasilsupervisi dan memberikan balikandan tindak lanjut untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut. Umpan balik ini merupakan sentuhan akhir yang sangat dinantikan oleh guru yang diseupervisi.Oleh karena itu, seorang supervisor harus memiliki teknik yang tepat untuk melakukannya. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah teknik coaching.

1. Teknik Coaching
Secara sederhanacoaching merupakan proses mengantar atau mendampingiorang yang dibinadari kondisi saat ini kepada kondisi yang lebih baik sesuai dengan kebutuhannya. Hayes (2003)menulis bahwa coaching adalah kunci dari keberhasilan dalam suatu proses managemen, karena coaching membawa orang- orang untuk selalu berkontribusi dan berpartisipasi sebagai mitra kerja yang aktif. Coaching yang efektif adalah proses yang dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang. Ng (2005) mengatakan bahwa coaching adalah suatu filosofi pengembangan yang professional dan merupakan suatu alat untuk mendorong pembelajaran dan meningkatkan capaian berdasarkan peningkatan kesadaran diri dan tanggung jawab pribadi. Hal ini selaras dengan Parsloe (1999) yang juga mengatakan bahwa coaching adalah suatu proses yang memungkinkan pembelajaran dan pengembangan diri terjadi sehingga meningkatkankan kinerja. Pelaksanaan coaching di sekolah oleh pengawas, kepala sekolah dan guru sangat penting dilakukan dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Agar pelaksanaannya berjalan optimal maka coaching harus dilakukan dengan menggunakan prinsip kerjasama, berbagi, menjembatani gap,formal dan informal,kemitraan,motivasi, fokus, saling percaya dan rasa hormat. Oleh karena itu seorang coach harus memiliki karakteristik, diantaranya: (1) selalu membuat perencanaan yang tepat, (2) mampu melihat potensi dalam diri pembelajar, (3) sebagai sumber motivasi, mengenali coachee dengan baik, (4)pembelajar yang unggul, dan (5) terampil berkomunikasi secara efektif.

2. Coaching dengan Model GROW ME
Teknik coaching dengan menggunakan model GROW ME merupakan model coaching yang berorientasi padapengembangan manusia. Model ini dikembangkan oleng Ng(2005) dengan tahapan sebagai berikut:



a. Goals (G)- Tujuan
• Coachee menentukan sendiri tujuan.
• Coach bertanya tentang tujuan, makna dan indikator sukses sampai tujuan.

b. Reality (R)- Realitas
• Coacheemenilai dirinya sendiri, bagaimana kondisi sekarang, dan mengapa begitu.
• Coachbertanya tentang kondisi dan alasannya, dan upaya yang pernah dilakukan.

c. Options (O) – Alternatif
• Coacheebertanya kepada dirinya tentang solusiuntuk mencapai ujuan.
• Coachmeminta pembelajar mengeksplorasi berbagai alternatif dan menawarkan saran-saran dengan hati-hati.

d. What’s Next?/ Will (W) – Langkah Selanjutnya.
• Coachee mengungkapkan rencana alternatif pemecahan masalah berikut tahapan, serta potensi hambatan dan pemecahannya, serta alokasi waktunya.
• Coach meminta coachee memegang teguh pilihan rencana tindakandan mengidentifikasi langkah, hambatan, dukungan, caramengatasi, serta waktu yang diperlukan.

• Coach dan coachee membuat komitmen tentang rencana tersebut dan didokumentasikan.

e. Monitoring (M)
• Coachee mengecek dan mereview kemajuan pencapaian tujuantahapan
GROW.
• Coach bertanya tentangproses mencapai tujuan, posisi, konsitensi waktu, dukungan yang dibutuhkan.
• Coachdan coacheeberbagi pengalaman tentang hasil pengamatannya.
• Coach memberi umpan balik yang kreatif, akurat, konstruktif danmemotivasi.

f. Evaluasi (E)
• Coachee mengecek evalausi pencapai tujuan yang telah ditetapkan dan alasannya.
• Coachbertanya tentang hasil evalusi pencapaian tujuan dan alasannya, bagian yang signifikan, serta komentar.
• Coach memberikan hasil evaluasi, bila mana hasil evalusi jauh berbeda diperlukan menyamakan persepsi dan krtieria.
• Coachee merayakan kesuksesan dan coach menyatakan dukungan atas usaha-usaha yang telah dilakukan coachee.



Ya Allah ya Tuhan Kami Yang Maha Bijaksana,
Berikanlah keberkahan yang melimpah,
kepada pembaca kami
yang tidak memblokir iklan
pada halaman ini

bagikan Artikel ini melalui :

Demikian Posting tentang SUPERVISI PEMBELAJARAN DAN SUPERVISI MANAJERIAL PADA KURIKULUM 2013 yang dapat guruKATRO sajikan, mohon maaf bila masih banyak kekurangannya, kritik dan saran serta pertanyaan dapat disampaikan melalui kolom komentar.

Terima kasih

No comments